Dulu, masyarakat Betawi menyebutnya Barongan, mungkin berasal dari Barengan artinya bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu datang dari kalimat ajakan dalam logat Betawi "Yok, kita ngarak bareng-bareng". Setelah Benyamin nyanyi Ondel-ondel, kemudian Barongan disebut Ondel-ondel.
Konon dahulu Ondel-ondel biasanya minta madat. Namun karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel dikasih rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel juga bisa digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Konon wabah cacar itu habis, setelah orang-orang mengarak Ondel-ondel keliling kampung.
Dengan bahan antara lain kayu dan bambu diperkirakan biayanya perpasang, mencapai Rp.400 ribu-1 juta. Namun kini, dibuat dari fiberglass sehingga harganya jauh lebih mahal. Saat ini orangyang merawat budaya Ondel-ondel, sudah tidak banyak lagi. Kebanyakan hanya karena warisan turun-temurun. Yassin (45 th) misalnya, masih ingat kakeknya hidup dari pertunjukkan Ondel-ondel. Tapi Yassin sendiri, punya pekejaan lain, penyewaan Ondel ondel cuma menjadi kerja sampingan. "Karena hasilnya sudah tidak seberapa", katanya, "cuma karena tradisi, perlu dilestarikan".
Begitu juga dengan Asmawi. Pembuat Ondel-0ndel yang sudah memulainya sejak 1942 itu, sedang berpikir untuk mendidik salah seorang anak- cucunya meneruskan merawat budaya Betawi ini. "Tapi belum ada yang kelihatan," katanya.
Mestinya, penataan pagelarannya perlu diperbaiki, agar bisa dikemas sebagai tontonan menarik. Tabuhan musiknya dirapihkan. "Bukan cuma gonjrang-gonjrang," katanya. Memang, dalam upacara tradisional, seperti kawinan atau sunatan, Ondel-ondel masih sering tampil di kalangan masyarakat Betawi. Bahkan, pernah masuk Istana, dan dipakai juga untuk menyambut tamu negara. Tapi bisakah kesenian rakyat Betawi ini tetap bertahan ?
Temukan Lebih banyak Info Seputar penyewaan ondel ondel
No comments:
Post a Comment